Pejalan Yang Tersesat- Zulfikar Fahd

Saya pertama kali bertemu Fikar, 2 tahun silam dan sejak saat itu bekerja dalam satu tim. Waktu saya memiliki ide tentang Bersendiri, nama Fikar adalah salah satu yang pertama muncul di kepala saya. Kegemarannya traveling sendirian, cerita-cerita tentang couch surfers yang pernah ia temui, teman-teman barunya yang unik, rasanya sayang jika tidak diceritakan ke lebih banyak orang. Fikar sudah saya daulat sebagai kontributor tetap Bersendiri. “Cerita Pejalan Sendiri” adalah kisah kawan-kawan pejalan sendiri yang akan berseri muncul di Bersendiri.

Akhir pekan ini Fikar akan memajang foto-foto karakter unik yang pernah ditemuinya sepanjang perjalanannya. Ada banyak cerita seru, menyentuh, dan menyenangkan dari orang-orang asing yang kemudian dinobatkan menjadi teman.
Seperti ceritanya sebagai Pejalan Yang Tersesat berikut ini.

…..

Nürnberg petang itu cukup menusuk tulang dengan udara 2 derajat Celcius. Ditambah lagi, bus yang akan membawa saya ke Praha datang terlambat karena ada kendala saat berangkat dari Barcelona di pagi harinya.

Tiga puluh menit kemudian, bus berwarna putih dengan supir bertampang cemberut berhenti di depan saya.

Kursi di dalamnya sudah ¾ terisi. Saya memilih duduk di dekat pintu keluar dengan ruang kaki lebih lebar ketimbang yang lain. Namun semesta berujar lain saat si supir cemberut datang dan berkata penghangat di atas kepala saya bocor. Ikut-ikutan cemberut, saya pindah ke tempat duduk lain dengan ruang kaki yang lebih sempit, di sebelah seorang gadis kulit putih yang tengah sibuk mengunyah M&M’s sambil bersandar di kaca jendela.

“Kursi ini ada orangnya?” tanya saya. Ia menggeleng sambil mengunyah.

Saya tak ingat di menit keberapa saya terlelap, yang jelas gadis itu membangunkan saya saat bus kami berhenti di Rozvadov, kota perbatasan antara Jerman dengan Republik Ceko. “Permisi, saya mau ke toilet,” katanya sambil menunjuk supermarket tempat kami parkir.

Saya ikut turun untuk membeli beberapa kudapan. Di dalam di supermarket ia kembali berkata, “Sudah tukar uang?”

“Tukar uang?”

“Ya,” ia menjawab sambil menunjuk ke arah sebuah loket money changer.

“Ceko tidak menggunakan euro?” saya agak bingung.

“Mata uang kami koruna. Dalam bahasa Inggris artinya crown. 1 euro sama dengan 28 koruna,” jawabnya sambil tersenyum. Saya baru sadar kalau ia cukup cantik dengan rambut gelap dan kulit mukanya yang sedikit berbintik.

Namanya Andrea Komenda, 24 tahun, bekerja di maskapai Air France sebagai pegawai customer service untuk wilayah pemasaran Republik Ceko. Ia baru saja mengunjungi tunangannya di Toulouse, dan kini menuju Praha untuk merayakan Natal bersama keluarga.

Saat bus kembali berjalan saya bercerita, “Sebenarnya salah satu misi saya di perjalanan ini ialah untuk merayakan malam Natal bersama sebuah keluarga Eropa di meja makan mereka. Saya sering melihat adegan Christmas dinner di film-film barat, dan kini saya ingin merasakannya sendiri.”

“Menarik! Kamu kenal seseorang di Praha?” tanyanya.

“Tidak. Saya sudah mengontak puluhan orang melalui situs CouchSurfing… kamu tahu CouchSurfing?” tanya saya dan ia mengangguk, “…untuk memberi saya penginapan selama tiga malam di Praha dan mengizinkan saya merayakan malam Natal bersama keluarganya besok. Namun semua orang di Ceko tampaknya sedang berlibur, menjamu CouchSurfers lain, atau sibuk dengan keluarganya. Tidak ada yang merespon request saya. Atau mungkin saya memang sedang tidak beruntung. Jadinya saya akan menginap di sebuah hostel.”

“Sayang sekali. Coba lagi tahun depan atau saat Paskah dan Thanksgiving.”

Namun setelah berpindah ke topik lain tiba-tiba Andrea berceletuk, “Hey, kamu bisa makan malam di rumah saya!”

Sepertinya saya salah dengar. “Maaf?”

“Ibu saya akan memanggang kalkun. Sebenarnya di malam Natal kami tidak boleh menyantap daging, tapi kami tidak begitu religius. Haha! Silakan datang besok jam 7 malam,” ujaranya.

Tanpa sadar saya sudah tersenyum lebar. “Serius?”

“Di tradisi Ceko, saat malam Natal kami harus menyisakan satu buah kursi dan piring untuk seorang lost wanderer di meja makan. Kami belum pernah kedatangan seorang ‘pejalan yang tersesat’ seperti itu, dan sepertinya ini suatu kebetulan yang menyenangkan.”

Keesokan harinya saya menghabiskan sore berburu anggur merah untuk ayah Andrea dan sepaket bunga tulip untuk ibunya.

Makan malam itu terasa magis buat saya. Saya bukan penganut Kristen, tapi merayakan Natal adalah hal yang sangat menyenangkan. Apalagi meja makan malam itu terasa begitu hangat walaupun suhu di atas atap berkisar antara 3-4 derajat Celcius. Kami diharuskan memakai mahkota kertas sepanjang makan malam; merah untuk wanita dan hijau untuk pria. Andrea memakai gaun hitam dan anting mutiara yang indah sekali.

Nyonya Komenda yang bekerja sebagai guru SD memanggang kalkunnya dengan begitu sempurna; dibantu Tuan Komenda yang membuat saus lezat khas Ceko. Ia yang bekerja sebagai supir sebuah perusahaan katering itu bilang, ia mendapat resep saus tersebut dari koki di kantornya. Dan rasanya benar-benar lezat, tidak seperti saus cranberry yang biasa saya makan dengan kalkun di Jakarta. Prökop, sepupu Andrea, berkata itu adalah kombinasi kalkun dan saus terenak yang pernah ia makan selama 13 tahun di hidupnya.

Makan malam itu merupakan 90 menit terbaik sepanjang trip saya. Kami bertukar cerita panjang lebar tentang budaya Ceko dan kisah-kisah tentang Indonesia yang membuat mereka penasaran. Saya seakan mendapat keluarga baru di tengah perjalanan seorang diri saya.

Tak berhenti saat makan usai, mereka juga mengajak saya berkunjung ke Church of Our Lady Before Tÿn, gereja paling terkenal di sana, di mana mereka melakukan kebaktian Natal malam itu. Melihat bangunan gereja yang luar biasa cantik, suara lonceng dan paduan suara, serta tawa bahagia keluarga Komenda, saya sadar bahwa perjalanan saya ke Praha dan pertemuan tak disengaja dengan Andrea membuat saya tak sekadar mengunjungi suatu tempat di sebuah belahan dunia.

Saya menemukan “dunia” di sebuah tempat.

2015/01/img_4063.jpg

Advertisement

17 thoughts on “Pejalan Yang Tersesat- Zulfikar Fahd

  1. Kisah yang diceritakan dengan sang at indah, membuat says terhanyut di dalamnya seakan turut merasakan pengalaman yang sama.. Good job yop!

    Like

  2. Waaaa bravooo…kalo ttg tulisan sy berasa membaca novel terjemahan yg dulu selalu sy baca di perpustakaan, sayang sdh lupa nama novelnya….goodluck dan ditunggu cerita selanjutnya ttg budaya2 di dunia sana

    Like

  3. Hi Fikar!
    Just read this article via Google translate :p
    It’s like watching a movie (with me as the actress, haha). I’ll show it to my fam, sure they will love it too! Please come back anytime soon 🙂

    Like

    1. Hi Andrea,
      Thank you so much for dropping by at this page and for reading it. It’s nice to know that the actress is reading it 🙂
      I already told Fikar you left this comment. Thank you very much for bringing the lost wanderer to your Christmas Dinner that night!

      -Dini

      Like

    1. Hi Ameer! Yes, Fikar’s story does give me that kind of effect as well. Can’t stop being envious.
      I think traveling is one of the things that make people forever young. Give it a try 🙂

      Dini

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s