Ketidaknyamanan Bersendiri

Ketidaknyamanan. Seperti layaknya anak kecil yang terus menerus merengek dan menarik-narik lengan baju jika mereka menginginkan sesuatu, ketidak nyamanan saya  mendorong saya segera melakukan sesuatu sebelum rengekan tersebut pecah menjadi tangisan nyaring memekakkan.

Blog Bersendiri sejujurnya lahir dari sebuah ketidaknyamanan. Saya tidak nyaman setiap ditanya orang “Ngapain sih lo suka banget pergi sendirian?”. 

Saya tidak nyaman menjelaskannya pada sebuah percakapan terutama dengan orang-orang yang sesungguhnya saya tidak kenal dekat dan malas berbasa-basi. Saya jengah ketika orang-orang penasaran siapa yang membuat saya patah hati hingga saya melarikan diri ke Mesir. Saya risih untuk menjawab setiap kali ditanya berapa banyak tabungan yang saya kuras untuk menunaikan mimpi-mimpi saya bersendiri. Saya. Gatal.

Untuk mengakui bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat saya tidak nyaman adalah sebuah langkah awal. Langkah selanjutnya bagi saya pribadi adalah mengubah ketidaknyamanan itu menjadi sebuah bagian dari hidup yang perlu saya terima dan memang harus saya jalani. Pertanyaan-pertanyaan orang biasanya datang karena mereka memang jujur tidak mengerti dan ingin tahu. Saya enggan menjelaskannya secara lisan, maka saya menulis. Menulis agar dapat menjawab pertanyaan mereka (dan ketidaknyamanan saya) .

Banyak orang yang memilih menulis sebagi bentuk terapi. Saya salah satunya. Menulis adalah psikolog tak berbayar yang tidak akan meminta saya menceritakan sejarah keluarga, pengalaman traumatis di usia balita dan efeknya pada perkembangan psikologis (atau percintaan) saya di usia remaja dan seterusnya. Tapi seperti halnya semua pengobatan pada jalannya menuju kesembuhan.. Menulis Bersendiri tidak mudah. Menulis yang saya anggap sebagai terapi juga hadir secara rumit dengan berbagai tingkat ketidaknyamanan.

Salah satu kerumitan ini adalah bahwa ‘Pengobatan’ ini menghadapkan saya pada tantangan menulis secara rutin. Yang artinya saya harus diam, mengingat sesuatu yang membuat saya tidak nyaman, menuliskannya, dan beradu muka dengan ketidaknyamanan tersebut. Selama ini saya cenderung melarikan diri dari ketidaknyamanan ini, mencoba menyimpan semuanya di laci paling bawah  di dalam lemari pikiran saya dan melempar kuncinya jauh-jauh. 

Bersendiri adalah tentang membuka laci-laci itu, memilah kenangan, membuka lipatan masa, merapikan raga dan rasa. Maka tak jarang, di tengah menulis saya merasa sesak, sedih, tertawa sendiri, atau kemudian teringat si A, si B, bau harum kedai kopi di kota tua, atau hawa dingin perjalanan antar benua. 
Maka tentu saja Bersendiri ini  (tetap) tidak nyaman. 

Tapi setiap kali laci-laci kecil milik saya itu terbuka, mengagetkannya selalu ada mereka yang datang dan menyapa. Orang-orang yang diam-diam punya laci-laci kecil yang sama. Tak sedikit yang pernah mengalami hal serupa, orang-orang dengan tumpukan kenangan yang akhirnya mengintip  laci saya dan datang hanya untuk berkata “Aku juga pernah mengalaminya” atau bertanya “Gila, kok bisa gitu sih? terus gimana?” 

 Seolah ini cara semesta bersabda: “Semua orang pernah mengalaminya. Kamu hanya membuatnya sedikit lebih rumit karena kamu pikir masalahmu istimewa.”

Bersendiri mengajarkan saya bahwa dalam ketidaknyamananan saya, saya tidak sendiri. Semua orang punya ketidaknyamanan, pengalaman tidak mengenakkan, mimpi yang belum kesampaian, mantan pacar yang sulit dilupakan, atau hutang perasaan.

Saya hanya sedikit lebih berani dari beberapa orang lainnya, dan ketidaknyamanan saya mampu mengantarkan saya pada sebuah penemuan (dan banyak perjalanan).

  

5 thoughts on “Ketidaknyamanan Bersendiri

  1. Selalu suka baca tulisan mba Hanny. Tulisan ini spt tepukan, kalau ternyata perasaan tidak nyaman di lipatan laci saya itu sah dan normal. peluk ya!*saya yg butuh. Haha Makasih sharingnya mba 🙂

    Like

    1. Haii 🙂 terimakasih commentnya! Meskipun salah alamat sedikit! Haha saya juga kebetulan selalu ngefans sama tulisan Hanny.. Jadi tersanjung dikira @beradadisini ;)) *peluk dari @bersendiri*

      Liked by 1 person

  2. saat sendiri, imaginasi ini kian menari nari, maka saya lekas merangkainya dalam sebuah cerita… apik” satu kata utk tulisan mu, salam kenal dan saya terbuai dalam kisah2 yg apik ini…

    Like

Leave a comment